Ahkir Hidup Pejual Cindol, dibunuh oleh Selingkuhan Istri

Oleh

Aceh Utara, Asatu.top -Helaan nafas Zaduli (34) kian ringan. Rumah yang ia bangun di Gampong Ujong Kulam Matangkuli, Aceh Utara, sudah selesai, walau tak seutuhnya. Malam itu, Sabtu (15/9/2018) pedagang cendol tersebut bermaksud istirahat setelah seharian berpanas-panas mencari nafkah untuk keluarga.

Itulah rebahan terakhir sang kepala keluarga di bilik kamar, tempat ia membangun bahtera dengan keluarga. Pria ramah yang dikenal baik hati itu, dihabisi dengan cara ditikam di leher, jelang subuh. Pelakunya adalah Musiyadi, bekerjasama dengan sang istri tercinta Zaduli, Jamaliah (30).

Tanpa sepengetahuan Zaduli, Jamaliah dan Musiyadi telah lama memiliki hubungan terlarang. Menurut informasi, di belakang sang suami, Jamaliah kerap mengundang sang kekasih ilegal untuk “berpacu dalam melodi”.

Hubungan haram itu semakin lama kian tak bisa diputuskan. Mereka semakin tergila-gila satu sama lainnya. Keduanya ingin menikah, tapi tersandung satu hal. Jamaliah masih memiliki suami, yaitu Zaduli yang sangat mencintainya.

Bersekongkollah keduanya. Tengah malam, Musiyadi mengendap-endap mendatangi kediaman selingkuhannya. Ia memberi kode, Jamaliah membukakan pintu. Dengan nafas memburu, kemudian keduanya masuk ke dalam kamar. Ketika tiba di kamar, bukannya iba, Jamaliah semakin yakin bahwa suaminya harus dilenyapkan dari muka bumi. Zaduli adalah penghalang terbesar hubungan keduanya, walau Zaduli tak tahu bila mereka memiliki affairterlarang.

Eksekusi pun dilakukan. Atas nama “cinta” keduanya menghabisi kisah hidup lelaki pekerja keras itu. Tiga tikaman di leher membuat sang kepala keluarga bersimbah darah.

Usai melakukan perbuatan terlarang itu, Musiyadi pamit. ia bersegera berangkat. Jamaliah pun menyusun sandiwara. Ia pura-pura panik.

Kepada polisi ia mengaku melihat seseorang mencelat dari jendela. Kemudian Jamaliah melihat suaminya ke kamar. sang suami sudah bersimbah darah. Malam itu, kepada polisi ia mengaku malam itu tidur bersama anaknya di kamar lain.

Pengakuan yang aneh. Apalagi Zaduli tidak memiliki musuh. ia pria sederhana yang disukai banyak orang. Zaduli pun bukan orang penting, hanya pedagang cendol.

Polisi tak percaya. Aparat Polres Aceh Utara pun melakukan pendalaman kasus. Hingga akhirnya memanggil Musiyadi. Tapi dia menolak hadir hingga beberapa kali, hingga ditetapkan sebagai DPO.

Jamaliah sendiri, usai tragedi berdarah itu, sempat berangkat ke Banda Aceh. Di kota itu dia mengganti namanya menjadi Novi dan bekerja di sebuah warung makan di Peunayong. Alasan ke Kutaraja adalah untuk mencari nafkah. Tapi kecurigaan kadung tertuju padanya. Mustahil inong Aceh, belum pun rumput di kubur suaminya tumbuh, sudah bicara ekonomi. Aneh bin ajaib. Biasanya akan ada duka yang berbulan-bulan.

Jamaliah dan Musiyadi yang berpikir sudah aman, tiba-tiba diringkus oleh polisi di tempat berbeda. Sang lelaki ditangkap di Medan Belawan, Sumatera Utara pada pukul 14.00 WIB, dan “Novi” diciduk pukul 21.30 WIB, Rabu (23/1/2019).

Selain karena asmara terlarang, pembunuhan itu pun bertujuan untuk menguasai harta Zaduli. Bila tak dibunuh, berkemungkinan Jamaliah akan diceraikan, tapi mereka takkan punya hunian. Musiyadi adalah lelaki kere yang segalanya “menumpang” pada orang lain. Ia yang awalnya sukses menumpang hasrat biologis kepada istri Zaduli, kini juga berharap mendapatkan rumah secara cuma-cuma dari mendiang.

Menurut kabar, Musiyadi juga sempat mengambil jam tangan korban dan memakainya.

Kini keduanya meringkuk di sel Mapolres Aceh Utara untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Banyak warga berharap agar keduanya dihukum mati, karena telah melakukan pembunuhan secara terencana.

Tapi ada masalah lain. Mendiang memiliki buah hati bersama Jamaliah. Haruskah sang anak kehilangan untuk kedua kalinya? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Komentar

Loading...