Bom Waktu Di Dataran Tinggi Beutong

Oleh
IMG-20181015-WA0114

Asatu. Top - Hari ini senin (15/10), Masyarakat Beutong Ateuh Banggalang dan berbagai elemen msyarakat di Aceh melakukan aksi unjuk rasa menolak kehadiran PT Emas Mineral Murni (PT EMM) dan menuntut pemerintah mencabut izin tambang yang di berikan kepada perusahan tersebut.

Unjuk rasa ini tidak hanya berlangsung di Kabupaten Nagan Raya saja, tetapi juga di Kota Meulaboh kabupaten Aceh Barat serta di Gedung DPR Aceh di Kota Banda Aceh Ibukota Provinsi Aceh, Aksi ini dimotori oleh mahasiswa.

Baca: http://www.asatu.top/2018/10/15/am-gbab-mengultimatum-pemerintah-ri-cabut-izin-dalam-waktu-10-000-menit/

Di gedung DPR Kabupaten Nagan Raya, aksi di lakukan oleh masyarakat Beutong Ateuh Banggalang dan terlihat juga beberapa komponen masyarakat yang mendukung penolakan terhadap izin Pertambangan di wilayah Beutong Ateuh Banggalang.

Baca :http://www.asatu.top/2018/10/15/ribuan-masyarakat-aksi-tolak-tambang-di-dpr-nagan/

Dari alat pengeras suara mereka meminta Pemerintah Kabupaten Nagan Raya dan DPRK agar memenuhi pengunjuk rasa. Sementara itu ratusan massa meneriakkan yel yel penolakan terhadap izin tambang.

Beutong Ateuh Banggalang Adalah salah satu kecamatan di kabupaten Nagan Raya, berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh Tengah, untuk sampai ke Beutong kita harus melalui indahnya pemandangan Gunung Singgah Mata. Beutong Ateuh ini merupakan daerah dataran tinggi di Kabupaten Nagan Raya, memiliki tanah yang subur dengan hasil alam yang melimpah.

Dalam sejarahnya, Beutong Ateuh adalah sebuah kerajaan yang berdaulat, dengan Raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Beutong adalah TEUKU PEUSUNU atau TEUKU RAJA BEUTONG BENGGALANG.

Menurut riwayat beliau berasal dari Kerajaan Pedir, pada masa akhir Kesultanan Atjeh Darussalam di perintah oleh Sultan Alaidin Johan Syah 1147-1174H ( 1735-1760M ).

Teuku Raja Beutong Benggalang merupakan keturunan bangsawan Atjeh yang sejak kanak-kanak sampai masa remaja beliau habiskan waktu untuk menuntut ilmu agama Islam, di Dayah yang sangat termasyhur pada masa itu yaitu Dayah Teupin Raya Pidie.

Selanjutnya dalam riwayat yang diceritakan secara turun-temurun dari keturunan beliau maupun dari orang tua/tokoh masyarakat Beutong, bahwa Teuku Raja Beutong Benggalang ditakdirkan oleh Allah SWT mendapat rahmat yang sangat besar yaitu pada suatu malam di bulan suci Ramadhan beliau mendapatkan anugerah Lailatul Qadar, dimana pada waktu beliau sedang mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat tengah malam, beliau melihat seluruh pepohonan didekat beliau berdiri sedang bersujud kepada Allah SWT.

Saat itu, beliau memetik dua buah kelapa dan besoknya pagi-pagi sekali beliau menceritakan kejadian tersebut pada guru yang sangat beliau hormati, yaitu Teungku Chik Teupin Raya seorang ulama besar pada masa itu, sekaligus juga beliau menyerahkan sebuah kelapa yang di petik pada malam kemuliaan tersebut.

Tentang hal ini ada syair yang masih dilantunkan oleh masyarakat Kabupaten Nagan Raya yang berbunyi: “ Tuah Nagan padee lam karong, Meutuah Beutong Lailatul Qadar” artinya “Kelebihan Kerajaan Seunagan, hasil pertanian selalu melimpah, Sedangkan kelebihan Kerajaan Beutong karena Allah SWT menganugerahi Rahmat Lailatul Qadar kepada Raja Beutong yang pertama”.

Setelah mengalami pengalaman spiritual yang sangat luar biasa itu, Teuku Raja Beutong Benggalang mendapat petunjuk dari gurunya, bahwa beliau nantinya akan menjadi Raja di suatu negeri yang berada di dataran yang tinggi.

Atas keyakinan akan kebenaran yang disampaikan oleh gurunya, beliau dengan bekal sedikit dan ditemani oleh belasan orang sahabat setia, berangkat dengan berjalan kaki mengikuti alur sungai Pidie menuju hulu dengan mengambil arah ke barat, dan setelah menempuh perjalanan beberapa hari dengan segala suka dukanya, sampailah rombongan ini di suatu kawasan dataran tinggi yang dikelilingi oleh bukit barisan yang ditengahnya terbelah oleh aliran sungai, dan saat itu beliau memerintahkan rombongan berhenti karena menurut keyakinan beliau negeri yang dituju telah sampai.

Pada waktu itu negeri tersebut diperintah oleh seorang Raja non Muslim yang berasal dari Suku Rawa/Batak 27. Dan dengan memohon petunjuk serta perlindungan dari Allah SWT, Teuku Raja Beutong Benggalang dengan menggunakan taktik dan strategi yang tanpa melalui peperangan, berhasil membuat Raja dan para petinggi Kerajaan lari meninggalkan negeri itu.

Seterusnya Teuku Raja Beutong Benggalang mulai memimpin negeri itu dengan penuh bijaksana dan adil, Alhamdulillah dalam waktu yang singkat Allah SWT melimpahkan karunia-Nya berupa tanah yang subur dengan hasil pertanian yang berlimpah, sehingga anak negeri bisa hidup makmur dan sejahtera.

Kemudian beliau memberi nama baru untuk negeri itu yaitu Beutong, yang beliau ambil dari nama salah satu negeri di Kerajaan Pedir (Kabupaten Pidie).

Raja kedua Kerajaan Beutong adalah Teuku Lundeh atau Teuku Raja Beutong Chik, yang merupakan anak kandung dari Teuku Raja Beutong Benggalang.

Pada masa pemerintahan Raja kedua ini wilayah Pameu Kabupaten Aceh Tengah telah menjadi bagian dari kerajaan Beutong.
Raja ketiga Kerajaan Beutong adalah Teuku Raja Beutong Dalam, salah seorang anak kandung dari Teuku Raja Beutong Chik (Raja kedua).

Raja ketiga ini mempunyai saudara sekandung masing-masing: Teuku Beutong Bungsu, Teuku Beutong Pante Rusa, Teuku Beutong Cugong, dan Teuku Beutong Ulee Ayon. Pada masa Raja ketiga ini wilayah Kerajaan Beutong sudah meluas sampai ke Beutong Bawah yang berbatasan langsung dengan Kerajaan Seunagan.

Raja keempat Kerajaan Beutong adalah Teuku Raja Beutong Abdullah, yang merupakan anak kandung dari Teuku Raja Beutong Dalam (Raja ketiga). Pada masa beliau memimpin, pemerintah kolonial Belanda mulai menyerang Kesultanan Atjeh Darussalam. Sultan Mahmud Syah (1870-1874M) dan Sultan Muhammad Daud Syah (Sultan Aceh Terakhir 1874-1903M) serta para ulama terkemuka mulai memompa semangat rakyat atjeh untuk maju dalam peperangan mempertahankan agama Islam dan kedaulatan kesultanan Atjeh Darussalam.

Teuku Raja Beutong Abdullah turut memimpin perang suci ini di wilayahnya dengan strategi perang gerilya dan atas kehendak Allah Yang Maha Kuasa beliau beserta para pengikut setianya tertembak dan syahid sebagai syuhada ditengah hutan belantara kawasan Krueng Cut Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Dewasa ini untuk bisa mencapai makam beliau harus ditempuh dengan berjalan kaki selama lebih kurang lima jam.

Raja kelima Kerajaan Beutong adalah Teuku Raja Beutong Ali Nafiah, atau dikalangan masyarakat populer dengan sebutan Ampon Beutong Ali. Beliau merupakan anak kandung dari Teuku Raja Beutong Abdullah (Raja keempat) dan secara terbuka bersikap menentang belanda, karenanya Belanda mengasingkan beliau ke Jawa Barat dan beliau kembali lagi ke Atjeh setelah Indonesia Merdeka.

Raja keenam (Terakhir) Kerajaan Beutong adalah Teuku Raja Beutong Banta Tjut dan dikalangan masyarakat terkenal dengan sebutan Ampon Beutong Banta. Beliau merupakan anak kandung dari Teuku Raja Beutong Abdullah (Raja keempat) dan adik kandung dari Teuku Raja Beutong Ali Nafiah (Raja kelima).

Pada waktu beliau di nobatkan dengan upacara kebesaran adat sebagai pemimpin kerajaan Beutong, maka pada masa itu Belanda telah berhasil memaksa para pemimpin atjeh (Sultan/Raja) yang tertangkap dan menyerah untuk menandatangani Korte Verklaring (perjanjian pendek) pada tahun 1904, yang isinya antara lain Sultan/Raja mengakui daerahnya sebagai bagian dari Hindia Belanda, namun Belanda juga mengakui keberadaan Raja-raja atau Ulee Balang untuk menjalankan Pemerintahan sendiri (Zelfbestuur), termasuk Kerajaan Beutong di bawah pimpinan Teuku Raja Beutong Banta Tjut.
Pada zaman pendudukan Jepang (1942-1945M), Teuku Raja Beutong Banta Tjut masih di akui sebagai pemimpin Kerajaan Beutong dengan sebutan Beutong Son atau Sonco Beutong.

Teuku Raja Beutong Banta Tjut memiliki anak laki laki yaitu Teuku Raja Azman yang menjadi menantu dari Ulama Kharismatik Abu Habib Muda Seunagan atau di kenal dengan Abu Peuleukung. Teuku Raja Azman menikah dengan Cutwan Zainah.

Saat ini Teuku Raja Keumangan, Cucu dari Raja Terakhir Kerajaan Beutong duduk sebagai Anggota Dewan Agung Majelis Agung Raja Sultan (MARS) Indonesia yang di kukuhkan oleh Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri) Republik Indonesia media agustus 2017 yang lalu.

Saat ini Negeri Beutong Banggalang sedang bergejolak, hasil alam sedang dalam ancaman, rasa nyaman dan keteduhan negeri Beutong Ateuh Banggalang menjadi taruhan untuk anak cucu selanjutnya.

Alam yang indah dengan jernihnya air sungai, apakah akan menjadi kenangan atau hanya akan menjadi cerita seperti kemegahan kerajaan Beutong Ateuh Banggalang tempo dulu. Semoga ini bukan bom waktu yang akan meledak dan meluluh lantakkan peradaban manusia demi kepentingan nafsu materi dunia.

Komentar

Loading...