Pemimpin Sebagai Corong Kebahagiaan

Oleh
Wahyu Candra

Asatu.top - Hakikat pemimpin adalah orang yang seluruh jiwanya diserahkan untuk mengemban tugas serta tanggung jawab memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi rakyatnya. Artinya pemimpin itu adalah orang yang mengayomi rakyat yang ia pimpin.

Selain itu, pemimpin juga merupakan aktor utama dalam menggunakan kemampuannya sehingga rakyat yang dipimpin bisa saling bekerja sama untuk mencapai visi, misi secara bersama-sama. Sehingga terwujudnya Kesejahteraan dan kebahagiaan sebuah daerah.

Masyarakat yang baik bisa dilahirkan oleh beberapa kondisi, salah satunya adalah terciptanya kepemimpinan yang baik dan adil.

Aceh merupakan daerah yang kental dengan nilai-nilai keislaman semenjak dari kerajaan islam pertama di Indonesia, yaitu kerjaan Samudera Pasai, hingga sampai saat ini nilai-nilai keislaman tersebut masih melekat dalam budaya dan adat istiadat yang ada. Bahkan sekarang lebih dikuatkan dengan adanya pelaksanaan syariat islam.

Lalu dengan semakin berkembangnya kemajuan zaman, apakah keberadaan syariat Islam bisa menjadi titik aman bahwa Aceh bisa menjadi daerah yang memiliki kebahagiaan bagi penduduknya ?

Mungkin sebagian berkata iya dan sebagiannya lagi berkata tidak. Faktanya, Aceh jauh tertinggal dari beberapa daerah di Indonesia, walaupun Aceh mempunyai suntikan dana otsus yang sangat besar, tapi Aceh tidak bisa memerangi kemiskinan dan pengangguran secara signifikan.

Nah, disinilah keberadaan sebuah kepemimpinan dipertanyakan. Seorang pemimpin harusnya memiliki mental, “jiwa sehat” dan teguh dalam menjalani kepemimpinannya dalam rangka memperjuangkan kebenaran agar tidak dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab atas kesejahtraan rakyat kecil, layaknya korupsi, kolusi dan nepotisme.

Karena hanya dari mental dan “jiwa sehat” akan melahirkan perilaku yang sehat. Idealnya seorang pemimpin haruslah bersikap bijak, sabar, dan tidak berperilaku dan berkata kasar dan pastinya menjadi tempat untuk berteduh dan menjadi air untuk padamkan api.

Lantas, sejauh mana pemimpin itu mampu untuk menjadi seorang pemimpin ?

Menjadi pemimpin itu bukanlah hal yg mudah, dan tidak selalu berjalan sesuai apa yg diekspektasikan. Hal yg paling berat menjadi seorang pemimpin adalah harus mampu mengalahkan tipikal ego demi mengutamakan suara rakyat dari pda keinginan pribadi atau kolega.

Kepala negara, kepala daerah, bahkan kepala keluarga tidak akan berhasil memimpin apabila mereka tidak mampu untuk memimpin diri mereka sendiri terlebih dahulu.

Intinya, seorang pemimpin yang baik pasti memiliki mental dan jiwa sehat. Bukan mental dan jiwa jahat.

Dalam menyambut bulan suci Ramadhan, ada baiknya kita terus belajar menjadi pemimpin diri sendiri degan cara melawan amarah dan hawa nafsu.

Dan semoga Ramadhan ini menjadi bulan awal bagi kita untuk menuju sebuah bangsa dalam bingkai kebahagiaan.

Komentar

Loading...