Misteri Dibalik Pengangkatan Senat UTU yang Baru

Oleh
Rektor UTU Jasman J. Ma'aruf, (Foto: ist)

TERBITNYA Surat Rektor Universitas Teuku Umar, Jasman J. Ma’aruf kepada para dekan di lingkup Universitas Teuku Umar untuk mengusulkan 1 (satu) orang perwakilan dosen dari setiap fakultas untuk dijadikan senat universitas, melahirkan tanda tanya besar.

Pasalnya, surat itu bertentangan dengan surat keputusan yang ia (Jasman) terbitkan beberapa tahun sebelumnya, tepatnya 2015 silam.

Di surat keputusan bernomor 246.A/UN59/KP/SK/2015 itu terlampir 15 nama yang ditetapkan dan diangkat sebagai Senat Universitas Teuku Umar untuk periode 2015 hingga 2019 mendatang.

Namun, sebelum masa yang telah ditetapkan (2019), Jasman menerbitkan surat bernomor 06/UN59/KP/2018 tertanggal  02 Januari 2018 yang ditujukan kepada para dekan di lingkup Universitas Teuku Umar untuk mengusulkan 1 (satu) orang perwakilan dosen dari setiap fakultas sebagai anggota senat universitas baru.

Kenapa?

Seperti diketahui UTU yang resmi dinegerikan pada April 2014 ini tidak lama lagi akan melakukan pemilihan rektornya yang baru.

Sebelum terpilih menjadi rektor, ada sejumlah mekanisme yang harus dilalui oleh para bakal calon rektor yaitu tahap penjaringan bakal calon yang dilakukan oleh senat.

Waktu pemilihan yang sudah didepan mata dan tindakan rektor Jasman J. Ma’arf menerbitkan surat pengusulan anggota senat universitas yang baru ditakutkan akan memantik lahirnya prasangka-prasangka liar dari para pengamat.

Terlebih lagi dalam pemilihan rektor menteri hanya memiliki suara sebesar 35%, sementara senat memiliki porsi yang lebih banyak yaitu 65%.

Jika dibiarkan tanpa penjelasan, sangkaan-sangkaan liar seperti “dugaan” bahwa ada upaya (dari rektor) untuk mengeliminir orang-orang yang dianggap tidak bisa “dipakai” dan menempatkan orang-orang yang bisa “dipakai” pada pemilihan rektor mendatang ditakutkan akan lahir ditengah-tengah publik.

Patut diakui, pasca penegeriannya 2014 lalu, aura perpolitikan di kampus yang notabenenya lahir sejak 2006 ini cukup “ngeri-ngeri sedap” disamping banyak pula permasalahan yang saban harinya masih diteriakkan lewat “megaphone” oleh para mahasiswa di kampus itu.

Komentar

Loading...