Masyarakat Perdalaman Meminta DPRK Tidak Memangkas Dana otsus

Oleh
foto : istimewa, warga Sikundo, kecamatan Pante Ceureumen,

Aceh Barat, Asatu.top - Masyarakat meminta Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Barat,  tidak memangkas rencana alokasi dana otonomi khusus (otsus) 2019 untuk pembangunan jalan dan jembatan di pedalaman.

"Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan sangat kami harapkan, sudah puluhan tahun terisolir, sembilan desa dilintasan jalan belum tersentuh aspal seperti daerah lain,"kata tokoh muda Sungai Mas, Dedi Suwandi, kepada wartawan di Meulaboh, Kamis.

Pihak eksekutif Aceh Barat telah mengusulkan rencana alokasi dana otsus 2019 untuk pembangunan jalan aspal menghubungkan Kecamatan Sungai Mas - Woyla, lintasan itu memiliki lebih sembilan desa yang belum tersentuh aspal sejak Indonesia merdeka.

Namun, kata Dedi Suwandi, pihak legislatif masih bersikeras melakukan penyesuaian dan memangkas anggaran yang telah diusulkan untuk jalan itu, dengan dalih untuk pemerataan dan pembangunan infrastruktur tidak menumpuk pada kecamatan tertentu.

Adapun kawasan yang belum tersentuh aspal di Kecamatan Sungai Mas itu mencakup Desa Leubok Beutong, Gleeng, Gaseh, Ramiti, Gunong Buloh, Paya Baroh, Sipot dan Pungki, masyarakat sangat berharap pihak legislatif tidak hanya menilai dari atas meja.

"Sejak Indonesia merdeka, daerah kami belum pernah tersentuh aspal sedikit pun, parahnya, jika sedang kondisi hujan, maka jalan seperti kubangan yang sangat sulit dilalui kendaraan. Jika ada orang sakit, terpaksa digendong bila melewati jalan rusak,"keluhnya.

Apabila jalan penghubung antar kecamatan berhasil dibangun pada 2019, maka tidak ada lagi kawasan pedalaman yang terisolir di Aceh Barat, jalan tersebut bisa digunakan untuk tujuan dari desa menuju jalan nasional Meulaboh - Banda Aceh.

Masyarakat juga menyatakan kecewa karena dipermasalahkan rencana pembangunan jembatan rangka baja untuk menghubungkan dua desa di Kecamatan Sungai Mas yakni Gampong Pungki dan Sipot, sebab hingga kini hanya tersedia jembatan gantung tali baja.

"Selama ini cuma ada jembatan gantung yang hanya dapat dilalui sepeda motor saja, jika mobil mau lewat, harus melintasi sungai, itu pun menanti saat air sungai surut. Bukan kah ini bagian desa terisolir yang mestinya segera dibangun,"tegas Dedi.

Senada juga disampaikan Sekretaris Camat (Sekcam) Sungai Mas, Rusli, menambahkan, pembangunan jalan penghubung Sungai Mas dan Woyla merupakan harapan rakyat pedalaman dan sudah lama diperjuangkan dan baru rencana dilaksanakan pada 2019.

Rusli, menyampaikan, pada 2017 diakui ada pembangunan jalan aspal sepanjang 700 meter dan rencananya jalan penghubung tersebut akan dikerjakan sampai tuntas dan dilanjutkan pembangunan untuk konektivitas menggunakan dana otsus 2019.

"Saya pikir sangat wajar ketika masyarakat hari ini menyatakan kekecewaaannya kepada dewan yang mempersoalkan pembangunan jalan penghubung untuk kawasan mereka yang sudah menjadi hajat hidup orang banyak dan sudah lama dinanti,"sebutnya.

Sementara itu Ketua DPRK Aceh Barat, Ramli, SE, yang dikonfirmasi sebelumnya menyampaikan, pada prinsipnya dirinya setuju dengan pembangunan jalan serta jembatan untuk Kecamatan Sungai Mas, hanya saja perlu dilakukan penyesuain.

"Saya setuju, siapa yang tidak setuju, akan tetapi dalam proses ini perlu pengawasan yang menjadi tugas legislatif. Kalau pun dilakukan penyesuaian (pemotongan) alokasi dana, tujuannya sisa dana itu diberikan untuk kecamatan lain,"sebut Ramli, SE.

Dia berkata, tidak bermaksud melukai apalagi mendiskriminasi warga pedalaman Sungai Mas, karena pada prinsipnya hampir semua kecamatan di luar Kota Meulaboh masih banyak membutuhkan infrastruktur dan itu harus disiasati dengan ketersediaan dana.

Pada tahun anggaran 2018 lalu, Kabupaten Aceh Barat mendapat alokasi dana otsus dari pemerintah senilai Rp120 miliar lebih, sementara pada 2019 daerah berjuluk Bumi Teuku Umar itu hanya mendapat rencana alokasi otsus senilai Rp100,6 miliar.

Komentar

Loading...