Tengku Zulkarnain: Kapolri Buta Sejarah

Oleh
Wakil Sekjen MUI Tengku Zulkarnain (https://i.ytimg.com)

KAB, Jakarta - Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Tengku Zulkarnain menuntut Kapolri Jendral Tito Karnavian meninta maaf kepada umat Islam atas pidato Kapolri yang disebutnya rawan memicu konflik.

Zulkarnain menuliskan surat terbuka melalui akun facebook sebagai bentuk protesnya, kemarin Senin (31/1).

“Benar itu saya yang menuliskan langsung dengan tangan saya,” kata Zulkarnain dikutip Pojoksatu.id, Selasa (31/1)

Zulkarnain mengaku kecewa dan keberatan dengan pidato Tito. Ia menilai pidato tersebut provokatif, tidak mendidik, buta sejarah, dan tidak berkeadilan.

Dalam unggahan tersebut, ia menyertakan rekaman video saat Kapolri sedang menyampaikan pidato.

Zulkarnain mengecam pernyataan Kapolri yang mengatakan bahwa Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah merupakan dua ormas pendiri bangsa Indonesia.

Dalam pidato tersebut, juga disebut bahwa ormas Islam lainya ingin meruntuhkan Negara Kesatuan Republil Indonesia (NKRI).

“Nampaknya, bapak Kapolri sangat perlu belajar lagi tentang sejarah pergerakan dan perjuangan Indonesia. Sikap dan pengetahuan anda tentang hal ini sangat mengecewakan,” tulisnya.

Dikatakan Zulkarnain, pada dasarnya ada banyak ormas Islam di luar NU dan Muhammadiyah yang ikut berjuang mati matian melawan penjajah di seluruh wilayah Indonesia dari Aceh sampai Halmahera.

Di Jawa saja sebelum Muhammadiyah dan NU lahir Ada Syarikat Islam, kemudian menjadi Syarikat Dagang Islam, dengan Tokoh pendiri HOS Cokroaminoto, guru besar bagi Bung Karno dan banyak tokoh pejuang lainnya.

“Di Jakarta tahun 1901 berdiri Jami’atul Khairat, didirikan oleh para ulama dan masyarakat keturunan Nasionalis Arab,” sambungnya.

Sementara, di Banten ada Mathla’ul Anwar yang telah berdiri tahun 1916 di Menes, bahkan 10 tahun sebelum NU berdiri, dan hanya 4 tahun setelah Muhammadiyah, yang berdiri di Yogjakarta pada tahun 1912.

“Dan anda perlu tahu saat itu tidak ada satupun anggota Muhammadiyah, apalagi anggota NU yang berjuang demi rakyat Indonesia dan kemerdekaan Indonesia di wilayah Banten,” kecamnya.

Banyak lagi catatan sejarah perjuangan ormas Islam dalam memperebutkan kemerdekaan, misalnya di Medan yang telah berdiri ormas Islam Al Washliyah, dimana saat itu para Ulamanya berjuang angkat senjata melawan penjajah Belanda.

Ada juga dari Aceh yang pada saat itu berdiri Persatuan Ulama Aceh menuliskan fatwa Jihad melawan Penjajah Kafir Belanda dan menuliskan ‘Hikayat Perang Sabil’.

Di Sumatera Barat berdiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) yang dipelopori oleh Almarhum Syekh Sulaiman Arrasuli, Syekh Abbas Padang Lawas, Syekh Jamil Jaho, Syekh Sa’ad Mungka, Syekh Abdul Wahid, Padang Jopang, Suliki, Payakumbuh (kakek guru saya).

“Sudah dapat dipastikan saat itu belum ada anggota NU yang berjuang di sana,” jelas dia.

Sementara di Jawa Barat ada Persis, didirikan oleh Syekh A. Hassan Bandung, yang banyak membantu Bung Karno dan menginpirasi pemikiran beliau.

Ada juga PUI (Persatuan Umat Islam) dan di Lombok ada Nahdhatul Wathon, yang didirikan oleh Tuan Guru Zainudddin, kakek dari Tuan Guru Bajang, Gubernur NTB saat ini.

“Apa Pak Kapolri pikir jika saat itu hanya NU di Jawa Timur, dan Muhammadiyah di Yogjakarta dan sekitarnya yang berjuang memerdekakan NKRI, sementara wilayah Aceh sampai Maluku Ulama dan Umat Islam berpangku tangan tidak ikut berjuang, Kemerdekaan Indonesia dapat tercapai,” sesalnya.

Zulkarnain menegaskan bahwa semua ormas yang ada di NKRI mempunyai hak dan kewajiban yang sama, menurutnya pernyataan Kapolri ini adalah kebijakan memecah belah umat yang sangat tidak manusiawi.

Ia meminta agar Kapolri menyebutkan ormas Islam di luar NU dan Muhammadiyah di Indonesia yang disebut malah untuk meruntuhkan NKRI

“Perlu kejelasan untuk mencegah timbul saling curiga antar Ormas dan Umat Islam Indonesia, akibat ucapan anda (kapolri) itu,” katanya.

Di statusnya ia meminta Kapolri segera meminta maaf kepada seluruh umat Islam yang menurutnya telah teraskiti oleh pernyataanya, dan menurutnya, terkait rencana klarifikasi Kapolri denan memanggil seluruh ormas Islam yang ada untuk dijelaskan mengenai pernyataanya tersebut tidak diperlukan.

“Nggak perlu klarifikasi, yang penting minta maaf. Nggak perlu ngeles-ngeleslah. Sudah tersakiti umat Islam. cukup minta maaf,” demikian Zulkarnain.

Komentar

Loading...