KNTA, Tolak Masuk Beras Impor Ke Aceh Jaya

Oleh
Istimewa

Aceh Jaya, Asatu.top - Organisasi kontak tani nelayan andalan (KTNA) Kabupaten Aceh Jaya, menolak masuknya beras impor ke daerah sebab hasil gabah hingga beras produksi petani diyakini sudah melebihi target nasional.

Ketua KTNA Aceh Jaya, Nurdin Abdullah, di Calang, Senin, mengatakan, tidak tepat pemerintah melakukan impor beras ketika masyarakat petani tengah giat-giatnya menekuni usaha pertanian dengan harapan terbantu perekonomian masyarakat kecil.

"Belum tepat pemerintah melakukan impor, kami menolak karena akhir-akhir ini hasil pangan kita sangat meningkat, malahan surplus, jadi kenapa harus impor. Dampaknya pasti akan berakibat pada rendahnya harga serapan gabah petani," katanya.

Hal itu merespon rencana pemerintah mengimpor beras 500 ribu ton dari Vietnam dan Thailand dengan tidak menggunakan APBN, tujuan impor beras ini untuk menekan kenaikan harga beras yang sudah bertahan di atas harga eceran tertinggi (HET).

Menurut dia, rencana pemerintah impor beras itu pun belum tentu dapat menekan kenaikan harga beras, akan tetapi yang berpotensi terjadi adalah nilai harga serapan gabah petani akan jatuh sehingga berdampak terhadap kondisi sosial ekonomi petani.

Masyarakat petani di Aceh Jaya, khususnya sudah mulai merasakan dampak positif dari kegiatan usaha tani mereka, harga pembelian gabah walaupun fluktuatif namun masih ada sedikit keberpihakan dari harga tampung gabah ditingkat penampung lokal.

"Kita perlu tahu alasan lebih logis kenapa pemerintah harus impor beras dari negara lain?. Selama ini selalu menyampaikan Indonesia sudah swasembada, tapi kok pangan impor. Tidak mungkin cuma untuk alasan menekan kenaikan harga beras," tegasnya.

Sebagai perbandingan, untuk harga beras medium di Provinsi Aceh secara menyuluruh masih di bawah HET Permendag Nomor 57/M-DAG/PER/8/2017, di Aceh Jaya dan Aceh Barat untuk harga beras medium beredar di pasar Rp8.300/ kg hingga Rp8.600/kg.

Nurdin, meminta pemerintah mengkaji ulang terhadap rencana mendatangkan beras dari Vietnam dan Thailand, sebab kualitas beras negara tersebut pun, kualitasnya tidak begitu bagus dan akan sulit bersaing dengan kualitas beras lokal di pasar daerah setempat.

Keputusan pemerintah untuk mendatangkan beras dari Vietnam dan Thailand tersebut diambil setelah melakukan operasi pasar sejak November - Desember 2017 lalu.

Hasilnya, operasi pasar tersebut tidak terlalu memberi pengaruh terhadap penurunan harga. Bahkan, pada awal Januari 2018, harga beras medium berada di kisaran Rp11.000 per kilogram, atau di atas harga eceran tertinggi yakni Rp9.450 per kilogram.

Komentar

Loading...