Penyandang Disabilitas Ikut Serta Tanam Mangrove

Oleh
23 Penyandang Disabilitas serta puluhan peserta yang terdiri dari pecinta dan aktivitas lingkungan termasuk JAFS dan komunitas Rumput Liar bersama-sama melakukan penanaman inklusi pertama di Aceh, (Foto: Ist).

Banda Aceh, Asatu - Natural Aceh dan FKM BKA YWU dengan dukungan BPDAS kembali menanam ratusan batang mangrove di Dusun Podiamat, Gampong Alue Naga Kota Banda Aceh. 23 Penyandang Disabilitas serta puluhan peserta yang terdiri dari pecinta dan aktivitas lingkungan termasuk JAFS dan komunitas Rumput Liar bersama-sama melakukan penanaman inklusi pertama di Aceh.

Inklusi adalah sebuah pendekatan untuk membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang semakin terbuka; mengajak masuk dan mengikutsertakan semua orang dengan berbagai perbedaan latar belakang, karakteristik, kemampuan, status, kondisi, etnik, budaya dan perbedaan fisik. Untuk kegiatan kali ini natural Aceh bekerja sama dengan FKM BKA YWU dengan menghadirkan puluhan remaja wanita penyandang disabilitas untuk bergabung melakukan penananam 500 bibit mangrove.

Puteri Handika Program Manager FKM BKA YWU menyebutkan bahwa program kami adalah memperjuangkan pembangunan sosial perempuan penyandang disabilitas untuk meningkatkan martabat, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan berjuang untuk mendapatkan kesempatan yang samadan partisipasi penuh dalam kemitraan antara pria, wanita dan remaja penyandang disabilitas.

“Termasuk dalam mitigasi perubahan iklim, kami mempunyai hak dan pasti mendapatkan dampak akibat perubahan iklim yang terjadi saat ini, Kami berencana melakukan hal yang sama di kabupaten kota lain di Aceh, oleh karena itu saya berharap jika ada kegiatan apapun yang berkaitan dengan perubahan iklim bisa bekerja sama dengan kami,” sebut Puteri dalam siaran tersiarnya, Jum’at (12/1/2018).

Sementara itu Ketua Natural Aceh, Zainal Abidin Suarja berencana akan melakukan kunjungan studi tour ke Ekowisata Mangrove Gampong Baru Kabupaten Aceh Jaya serta berharap bisa melibatkan para penyandang disabiltas untuk ikut dalam kegiatan eduwisata tersebut agar masyarakat bisa memahami dan menerima serta mengakui keberadaan penyandang disabilitas secara lebih baik.

Yuli salah satu peserta dari kelompok disabilitas, berharap diskriminasi dan stigma bahwa kita tidak dapat mengambil tindakan, perlu dikasihani, jadi tidak perlu kita terlibat dalam hal apapun, termasuk pembuatan keputusan lingkungan atau sosial dapat berubah di Aceh sehingga kehidupan yang inklusi dan setara bisa terwujud dengan baik kedepannya.

Komentar

Loading...